Asalamualaikum wr.wb
Pada postingan pertama ini saya akan berbagi tentang Asal-usul berdirinya Desa Panambangan yang terletak di Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon , menurut sejarah nya sih :) Desa Saya ini dahulunya salah satu tempat penyebaran agama islam di daerah Cirebon, dan saat ini desa ini sedang gencar-gencarnya melakukan pembangunan dan menuju kemajuan di jaman modern ini tetapi tidaklah lupa juga tetap melestarikn adat istiadat yang masih ada di desa kita ini contohnya seperti adat pernikahan , pesta 17' agustusan , serta masih banyak lagi adat istiadat yang masih ada. Stadion ORAYDEPA adalah lapangan sepak bola kebanggaan desa panambangn ini yang terletak di sebelah jalan raya di desa panambangan , di stadion ini lah banyak sekali diadakan kegiatan kemasyarakatan seperti pesta 17 agustusan , iring-iringan , dan biasanya di iringi dengan musik dangdut "organ".
Selamat membaca semoga postingan ini menambah pengetahuan anda, khususnya di bisdang sejarah . :D :)
“ASAL USUL DESA PANAMBANGAN”
Cirebon adalah pusat penybaran agama islam di
tanah jawa. Embah kuwu Cirebon yang serdang gencar
gencarnya menyebar siar Islam mengutus dua orang muridnya bernama Pangeran Arya
dan Pangera Jayalana untuk pergi ke arah barat daya, ke suatu pedukuhan yang
sangat asri. Seirang deangan suasana alam pedesaan,tampak aliran sungai yang
airnya jernih,sawah sawah yang tumbuh subur dan tertata rapih, masyarakatnya
yang gemar bergotong royong, ramah dan santun kepada siapapun. Tak
menghertankan apabila setiap tamu yang datang, teristimewa utusan dari
kesultanan cirebonakan disambut denga semangat persauraan. Pada waktu itu Ratu
Jayalelana, sesepuh pedukuha yang berasal dari negara Gempol adalah seorang
pemuka Hindu yang di segani. Ia berwibawa dan disegani warga pedukuhan hidup
dengan tentramdan damai.
Dalam Mengemban amanat dari Embah Kuwu, kedua
utusan segera menyasuaikan diri dengan lingkungan masyarakat. Keduanya
memberikan suri taulada dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat, dan
secara perlahan-lahan mengajak masyarakat untuk memeluk agama Islam, termasuk
pemimpin yang mereka segani yaitu Ratu Jayalelana. Setelah itu perkembangan
agama Islam semakin pesat, seirang dengan kehidupan masyarakat yang lebih maju
dan berkembang.
Disebalah selatan, yakni dikademangan timbang luhur
(sekarang bernama Desa Timbang Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan) trdapat
seorang demang yang mempunyai seorang putri yang sangat ayuna rupawan,dan
berbudi pekerti luhur. Tak mengherankan apabila banyak sinatria yang datang
untuk mempersunting sang putri, namun ia selalu menolaknya dengan kata-kata
halus,sehingga tidak menyinggung perasaan para pelamarnya.
Pada suatu saat pedukuhan ki demang kekurangan air akibat
musim kemarau berkepanjangan, baik umtuk keperluan sehari-hari maupun pengairan
dan irigasi. Meski begitu upaya untuk mendapatkan air telah dilakukan Ki
Demang, namun tak membuahkan haisl. oleh karena karena Ki Demang sangat
menyayangi rakyatnya, ia mengambil keputuan untuk mengadakan saimbara, “ Barang
siapa dapat menemukan sunber mata air, seandainya seorang wanita akan dianggap
saudara putri Ki Demang serta akan di beri hadiah yang sangat memuaskan, dan
apabila laki-laki akan dinikahkan dengan putrinya”.
Pesrta saaimbara berdatangan dari segala penjuru
sambil mengerahkan segala kemampuan dan kesaktiannya, akan tetapi tak
seorangpun mampu menemukan sumber mat air tersebut. Satu persatu peserta
saimbara meninggalkan arena saimbara dengan rasa kecewa. Tidak demikian dengan
seorang laki-laki yang bernama Ki Badugang Jaya. Ia tidak beranjak dari arena
saimbara, terus berusaha mengerahkan segala kesaktiannya untuk bisa menemukan
sumber maata air tersebut. Perjuangan Ki Badugan Jaya tidak sia-sia, ia
berhasil menemukan sumber mata air tesebut, lalu disalurkan lah air dari
sumbermata air tersubut ke pedukauhan timbang luhur, sehingga Ki Demang dan
Rakyat Timbangluahur menjadi sangat gembira.
KI Badugang Jaya Menghadap Ki Demang untuk menagih
janji agar dirinya dipersunting dengan putrinya yang cantik jelita. Sesuai
dengan isi saimbara, dan untuk menjaga nama baik Ki Demang tidak keberatan,
namun di luar dugaan sang putri menolaknya dan tidak mau dinikahkan dengan Ki
Badugang Jaya. Putri Ki Badugang Jaya. Putri Ki Demang melarikan diri dengan
membawa kinang (daun sirih, gambir, dan kapur) untuk dikinang (dikunyah). Oleh
karena kelelahan Ia bersembunyi di aliran sungai yang terdapat batu-batu besar
seperti gua.
Ki Badugang Jaya mencari kesana kemari.segala
bebatuan yang terdapat di aliran sungai tersebut dirojoki (di tusuk-tusuk)
dengan mengunakan bambu runcing. Namun setelah bambu runcing menusuk bebatuan
tempat persembunyia putri Ki Demang, tiba-tiba aliran sungai berubah menjadi
merah. Ki badungang Jaya menyangka sang putri telah terbunuh, padahal warna
merah aliran sungai tersubut diakibatakan dari air ludah sang putri yang sedang
menginang. Setelah meyakini bahwa sang putri telah terbunuh, Ki Badugang Jaya
akhirnya menghentikan pencariannya.
ASAL USUL NAMA DESA
VERSI PERTAMA
Bapak Buyut Resa Adalah sesepuh masyarakat yang
agraris,untuk meningkatkan hasil pertaniannya, maka Bapak buyut desa
Memerintahkan kepada masyarakatnya untuk membuat waduk penampungan air, setelan
selesai membuat waduk, bapak Buyut Resa ingin sekali mengetahui seberapa dalam waduk
tersebut. Untuk mengukur daklamnya waduk beliau memerintahkan untuk membuat
tambang dari ijuk. Tetapi telah banyak tambang yang dibuat, belum juga sampai
kedasar waduk. Akhirnya rencana di batalkan. Sampai sekarang daerak terserbut
dinamakan “ panambangan “. Dan sampai sekarang pula di daerah tersebut ada nama
setu/hulu Desa (sekarang Desa Kertawangun).Di Desa Panambangan terdapat kali yang banyak mengandung pasir dan bebatuan. Kekayaan alam itu dimanfaatkan untuk keperluan warga sendiri dan dilarang diambil melewati batas, dan tidak boleh diperljual berikan. Hal ini dilakukan semata-mata karena untuk menjaga kelestarian
VERSI KEDUA
Leluhur Masyarakat Desa Panambangan :
• Buyut Singa Barong ( Di hulu Dayeuh )
• Nyai Mas Ratu Mangsi ( Di sumur Dayeuh )
• Pangeran Arya Dan Pangeran Jayalalana ( Di Balong Kaagungan )
• Pangeran Jayalana, Patih Rega Gempol, Parih Pertra Pinggan, Buyut Gelar ( Di tengah Dayeuh)
• Raden Talangsi ( Di Birit Dayeuh )
Nama Pemimpin desa dari masa ke masa:
1. Resa
2. Alas
3. Baqdan
4. Jawan
5. Saud
6. Purba
7. Gede
8. Ma’kad
9. kerang
10. Elot
11. Lah’uk
12. Resah
13. Rajap
14. Apang
15. Dawang
16. Saman
17. Gabug
18. Nangga
19. Dawa
20. Dipakarana
21. Sajadu
22. Yuda Parana
23. Saca Diparana
24. Wiranata
25. Saca Yuda
26. Sadama
27. Rian
28. Larsa
29. Hadalah
30. Yuda Parana
31. Nalijah
32. Sudun
33. Sajam
34. Sabah
35. Wadin
36. Bati
37. Pasang
38. Tambur
39. Alian
40. Mangin
41. H. Nurwajah
42. Rawiyan
43. H. Ismail
44. H. Sarif
45. Perwata Sasmita
46. Sukarya
47. Karya Sasmita
48. Sudaman
49. Kurdi
50. Juheni ( Masih Menjabat )
Adat Istiadat Desa:
1. “Sabumi” dilaksanakan setiap melaksanakan setiap mulai menggarap sawah.
2. “Mapag Sri” dilaksanakan ketika mulai mengangkut padi dari sawah sambil menganggap wayang kulit.
Kedua aday istiadat tersebut telah dihilangkan dan digantikan dengan pengajian umum.
3. Mapag Tanggal tiap rebo wekasan sambil menabuh gembyung.
Adat istiadat ini telah punah dikarenakan tidak ada generasi penerus dan tidak ada serta terawatnya alat-alatnya.
“bangsa yang baik
adalah bangsa yang menghargai budayanya”
0 comments:
Post a Comment