Pages

Thursday 16 May 2013

Asal-usul desa Panambangan


Asalamualaikum wr.wb 
Pada postingan pertama ini saya akan berbagi tentang Asal-usul berdirinya Desa Panambangan yang terletak di Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon , menurut sejarah nya sih :) Desa Saya ini dahulunya salah satu tempat  penyebaran agama islam di daerah Cirebon, dan saat ini desa ini sedang gencar-gencarnya melakukan pembangunan dan menuju kemajuan di jaman modern ini tetapi tidaklah lupa juga tetap melestarikn adat istiadat yang masih ada di desa kita ini contohnya seperti adat pernikahan , pesta 17' agustusan , serta masih banyak lagi adat istiadat yang masih ada. Stadion ORAYDEPA adalah lapangan sepak bola kebanggaan desa panambangn ini yang terletak di sebelah jalan raya di desa panambangan , di stadion ini lah banyak sekali diadakan kegiatan kemasyarakatan seperti pesta 17 agustusan , iring-iringan , dan biasanya di iringi dengan musik dangdut "organ". 

 Selamat membaca semoga postingan ini menambah pengetahuan anda, khususnya di bisdang  sejarah . :D :)


“ASAL USUL DESA PANAMBANGAN”

Cirebon adalah pusat penybaran agama islam di tanah jawa. Embah kuwu Cirebon yang serdang gencar gencarnya menyebar siar Islam mengutus dua orang muridnya bernama Pangeran Arya dan Pangera Jayalana untuk pergi ke arah barat daya, ke suatu pedukuhan yang sangat asri. Seirang deangan suasana alam pedesaan,tampak aliran sungai yang airnya jernih,sawah sawah yang tumbuh subur dan tertata rapih, masyarakatnya yang gemar bergotong royong, ramah dan santun kepada siapapun. Tak menghertankan apabila setiap tamu yang datang, teristimewa utusan dari kesultanan cirebonakan disambut denga semangat persauraan. Pada waktu itu Ratu Jayalelana, sesepuh pedukuha yang berasal dari negara Gempol adalah seorang pemuka Hindu yang di segani. Ia berwibawa dan disegani warga pedukuhan hidup dengan tentramdan damai.


Dalam Mengemban amanat dari Embah Kuwu, kedua utusan segera menyasuaikan diri dengan lingkungan masyarakat. Keduanya memberikan suri taulada dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat, dan secara perlahan-lahan mengajak masyarakat untuk memeluk agama Islam, termasuk pemimpin yang mereka segani yaitu Ratu Jayalelana. Setelah itu perkembangan agama Islam semakin pesat, seirang dengan kehidupan masyarakat yang lebih maju dan berkembang.


Disebalah selatan, yakni dikademangan timbang luhur (sekarang bernama Desa Timbang Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan) trdapat seorang demang yang mempunyai seorang putri yang sangat ayuna rupawan,dan berbudi pekerti luhur. Tak mengherankan apabila banyak sinatria yang datang untuk mempersunting sang putri, namun ia selalu menolaknya dengan kata-kata halus,sehingga tidak menyinggung perasaan para pelamarnya.

Pada suatu saat pedukuhan ki demang kekurangan air akibat musim kemarau berkepanjangan, baik umtuk keperluan sehari-hari maupun pengairan dan irigasi. Meski begitu upaya untuk mendapatkan air telah dilakukan Ki Demang, namun tak membuahkan haisl. oleh karena karena Ki Demang sangat menyayangi rakyatnya, ia mengambil keputuan untuk mengadakan saimbara, “ Barang siapa dapat menemukan sunber mata air, seandainya seorang wanita akan dianggap saudara putri Ki Demang serta akan di beri hadiah yang sangat memuaskan, dan apabila laki-laki akan dinikahkan dengan putrinya”.

Pesrta saaimbara berdatangan dari segala penjuru sambil mengerahkan segala kemampuan dan kesaktiannya, akan tetapi tak seorangpun mampu menemukan sumber mat air tersebut. Satu persatu peserta saimbara meninggalkan arena saimbara dengan rasa kecewa. Tidak demikian dengan seorang laki-laki yang bernama Ki Badugang Jaya. Ia tidak beranjak dari arena saimbara, terus berusaha mengerahkan segala kesaktiannya untuk bisa menemukan sumber maata air tersebut. Perjuangan Ki Badugan Jaya tidak sia-sia, ia berhasil menemukan sumber mata air tesebut, lalu disalurkan lah air dari sumbermata air tersubut ke pedukauhan timbang luhur, sehingga Ki Demang dan Rakyat Timbangluahur menjadi sangat gembira.


KI Badugang Jaya Menghadap Ki Demang untuk menagih janji agar dirinya dipersunting dengan putrinya yang cantik jelita. Sesuai dengan isi saimbara, dan untuk menjaga nama baik Ki Demang tidak keberatan, namun di luar dugaan sang putri menolaknya dan tidak mau dinikahkan dengan Ki Badugang Jaya. Putri Ki Badugang Jaya. Putri Ki Demang melarikan diri dengan membawa kinang (daun sirih, gambir, dan kapur) untuk dikinang (dikunyah). Oleh karena kelelahan Ia bersembunyi di aliran sungai yang terdapat batu-batu besar seperti gua.

Ki Badugang Jaya mencari kesana kemari.segala bebatuan yang terdapat di aliran sungai tersebut dirojoki (di tusuk-tusuk) dengan mengunakan bambu runcing. Namun setelah bambu runcing menusuk bebatuan tempat persembunyia putri Ki Demang, tiba-tiba aliran sungai berubah menjadi merah. Ki badungang Jaya menyangka sang putri telah terbunuh, padahal warna merah aliran sungai tersubut diakibatakan dari air ludah sang putri yang sedang menginang. Setelah meyakini bahwa sang putri telah terbunuh, Ki Badugang Jaya akhirnya menghentikan pencariannya.

ASAL USUL NAMA DESA

VERSI PERTAMA
Bapak Buyut Resa Adalah sesepuh masyarakat yang agraris,untuk meningkatkan hasil pertaniannya, maka Bapak buyut desa Memerintahkan kepada masyarakatnya untuk membuat waduk penampungan air, setelan selesai membuat waduk, bapak Buyut Resa ingin sekali mengetahui seberapa dalam waduk tersebut. Untuk mengukur daklamnya waduk beliau memerintahkan untuk membuat tambang dari ijuk. Tetapi telah banyak tambang yang dibuat, belum juga sampai kedasar waduk. Akhirnya rencana di batalkan. Sampai sekarang daerak terserbut dinamakan “ panambangan “. Dan sampai sekarang pula di daerah tersebut ada nama setu/hulu Desa (sekarang Desa Kertawangun).

Di Desa Panambangan terdapat kali yang banyak mengandung pasir dan bebatuan. Kekayaan alam itu dimanfaatkan untuk keperluan warga sendiri dan dilarang diambil melewati batas, dan tidak boleh diperljual berikan. Hal ini dilakukan semata-mata karena untuk menjaga kelestarian


VERSI KEDUA

suatu saat datang rombongan Ratu Jayalelana hendak menyebarkan agama Islam ke salah satu perkampungan. Untuk mencapai daerah tersebut ternyata tidaklah mudah, harus melalui perbukitan yang terjal serta menybrangi sungai (tempat persembunyian putri Ki Demang) yang alirannya deras dan dalam akibat banjir. Hampir saja rombongan putus asa tidak bisa melanjutkan perjalanannya, namun tiba-tiba dari arah seberang sungai muncul sinatria yang bernama “Singa Barong” yang kelak merupakan salah satu leluhur desa bersedia menolong dengan melemparkan “Tambang” (yang terbuat dari ijuk), sehingga rombongan sampai di tempat tujuan dengan selamat. Perkampungan tersebut kemudian diberi nama “Panambangan”. 

Leluhur Masyarakat Desa Panambangan :
• Buyut Singa Barong ( Di hulu Dayeuh )
• Nyai Mas Ratu Mangsi ( Di sumur Dayeuh )
• Pangeran Arya Dan Pangeran Jayalalana ( Di Balong Kaagungan )
• Pangeran Jayalana, Patih Rega Gempol, Parih Pertra Pinggan, Buyut Gelar ( Di tengah Dayeuh)
• Raden Talangsi ( Di Birit Dayeuh )

Nama Pemimpin desa dari masa ke masa:


1. Resa
2. Alas
3. Baqdan
4. Jawan
5. Saud
6. Purba
7. Gede
8. Ma’kad
9. kerang 
10. Elot
11. Lah’uk
12. Resah
13. Rajap
14. Apang
15. Dawang
16. Saman
17. Gabug
18. Nangga
19. Dawa
20. Dipakarana
21. Sajadu
22. Yuda Parana
23. Saca Diparana 
24. Wiranata
25. Saca Yuda
26. Sadama
27. Rian
28. Larsa
29. Hadalah
30. Yuda Parana
31. Nalijah
32. Sudun
33. Sajam
34. Sabah
35. Wadin
36. Bati
37. Pasang
38. Tambur
39. Alian
40. Mangin
41. H. Nurwajah
42. Rawiyan
43. H. Ismail
44. H. Sarif
45. Perwata Sasmita
46. Sukarya
47. Karya Sasmita
48. Sudaman 
49. Kurdi
50. Juheni ( Masih Menjabat )
Adat Istiadat Desa:

1. “Sabumi” dilaksanakan setiap melaksanakan setiap mulai menggarap sawah.
2. “Mapag Sri” dilaksanakan ketika mulai mengangkut padi dari sawah sambil menganggap wayang kulit.
Kedua aday istiadat tersebut telah dihilangkan dan digantikan dengan pengajian umum.
3. Mapag Tanggal tiap rebo wekasan sambil menabuh gembyung.
Adat istiadat ini telah punah dikarenakan tidak ada generasi penerus dan tidak ada serta terawatnya alat-alatnya.

“bangsa yang baik adalah bangsa yang menghargai budayanya”

0 comments:

Post a Comment

 
 
Blogger Templates